Jelang Bulan Ramadan, Harga Beras Melambung Tembus Rp 18 Ribu Per Kg

TENGGARONG – Kurang dari sebulan menjelang bulan suci Ramadan, harga beras terus mengalami kenaikan secara signifikan. Kini harga beras premium di pasaran mencapai Rp 18 ribu per kilogram (kg). Tidak hanya mahal, para pedagang juga mengeluhkan stok beras yang cukup sulit didapatkan.

Padahal, pada minggu lalu harga beras eceran di pasar berkisar antara Rp 14.500 hingga Rp 15.000 per kg. Kondisi inipun tidak hanya merugikan bagi konsumen atau masyarakat, tetapi juga bagi para pedagang. Seperti yang diungkapkan oleh Andi, seorang pedagang beras di Pasar Tangga Arung.

“Beras ini naik terus, tiap kali saya ambil harganya selalu naik. Kadang-kadang juga kosong sulit kita dapat beras,” sebutnya, Kamis (22/2/2024).

Dirinya mengeluh lantaran tak bisa mendapatkan untung yang sesuai. Dengan harga beras yang terus membumbung tinggi, dirinya hanya mendapatkan untung tak lebih dari Rp 500 per kg. Andi juga mengatakan, pembeli terkadang berpikir ulang untuk membeli beras, karena harganya semakin hari semakin tidak masuk akal.

“Berpikir sekarang orang mau beli,naik terus ini harga beras. Kita juga jadi serba salah mau jualan beras,” tambahnya.

Berdasarkan informasi yang ia terima dari agen, harga beras melambung karena kurangnya produksi beras dari Sulawesi. Sementara tren kenaikan harga beras diprediksi akan terus terjadi hingga memasuki bulan Ramadan pada 10 Maret 2024 mendatang.

“Kaya mana sudah itu nanti harga beras di bulan puasa,” keluhnya.

Akibat mahalnya harga beras, banyak warga yang mengurangi jumlah pembelian beras. Ia mengaku saat ini sangat jarang warga membeli beras dalam ukuran 25 kg. Rata-rata membeli dalam ukuran 5 kg.

Bahkan Andi mengatakan, biasanya dalam sehari ia bisa menjual 10 sak dengan kalkulasi 1 sak berisikan 25 kg. Namun kini ia mengatakan jumlah pembeli beras di tokonya menyusut hingga dua kali lipat.

“Sepi sekali yang beli, tidak seperti biasanya, ini sudah tembus Rp 380 ribu, hampir Rp 400 ribu. Mereka sekarang belinya sedikit-sedikit. Katanya tidak sanggup kalau langsung 25 kilo,” bebernya.

Dirinya pun berharap, kondisi ini bisa segera diatasi oleh pemerintah. Sebab, menurut Andi, tidak hanya konsumen yang dirugikan, tetapi juga para pedagang beras seperti dirinya. Ia mengaku kebingungan untuk menjual beras sementara harganya terus melambung.

“Bingung kita mau jualan kalau harganya sudah tinggi, belum lagi sulit kita dapat barangnya (beras),” pungkasnya.

Penulis : Ady Wahyudi

Editor : Muhammad Rafi’i