Distanak Kukar Siapkan Lahan Pengembangan Jahe Seluas 10 Ha

Tenggarong – Dinas Pertanian dan Peternakan Kutai Kartanegara (Distanak Kukar), menyiapkan 10 hektare (ha) lahan pertanian jahe, di Desa Jonggon Jaya dan Margahayu. Ini dilakukan sebagai bentuk persiapan Distanak Kukar, dalam menyambut hadirnya Rumah Pengolahan Bersama (RPB) Jahe, di Desa Jonggon Jaya.

Diketahui proses pembangunan RPB sendiri kini sudah memasuki tahap finishing perakitan mesin. Artinya dalam kurun waktu yang tidak begitu lama lagi, pabrik ini akan mulai beroperasi.

Dijelaskan oleh Kepala Distanak Kukar, Sutikno, melalui Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Holtikultura (TPH) Distanak Kukar, Sugiono, bahwa dalam proses pengembangan kawasan pertanian yang telah disiapkan di dua desa tersebut. Pihaknya mengaku perlu terlebih dahulu mengetahui jenis jahe apa yang dibutuhkan oleh pabrik. Sehingga nantinya tanaman yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pabrik.

“Nah tahun ini kita alokasikan 10 hektare untuk pengembangan, tapi kita juga perlu menghitung dulu, dalam satu hari perlu berapa, jadi satu bulan perlu berapa, apakah cukup dari daerah Jonggon dan sekitarnya. Ini harus kita koordinasikan dulu antara pihak pengelola RPB dan petani, jangan sampai ada miskomunikasi termasuk juga jenis jahe yang dibutuhkan,” sebut Sugiono, Senin (27/2/2023).

Lebih lanjut, Sugiono menambahkan bahwa sampai saat ini, pihaknya belum memulai proses penanaman pada lahan yang telah disiapkan tersebut. Lantaran dia merasa perlu sinkronisasi terlebih dahulu dengan pihak pengelola RPB.

Hal ini menjadi sangat penting mengingat, masa panen tanaman jahe bisa dikatakan cukup lama, yaitu memakan waktu 8-9 bulan untuk siap dipanen. Sehingga pihaknya merasa perlu untuk membuat kalkulasi penanaman sehingga siklus panen bisa stabil, sesuai dengan kebutuhan pabrik.

Selain disekitar Desa Jonggon Jaya, Sugiono juga menerangkan bahwa sejatinya kawasan yang biasa memproduksi jahe di Kukar juga terdapat di kecamatan lain. Seperti Kecamatan Muara Badak, Samboja bahkan Sebulu.

“Artinya jika sudah terkoordinasi, paling tidak kita bisa atur skala prioritasnya jadi tidak terputus. Lahan yang sudah kita siapkan 10 hektare ini, nantinya akan kita jadikan kawasan pengembangan dan percontohan, jadi pusatnya (pertamina Jahe) ada di Jonggon Jaya dan Margahayu, karena kan berdekatan. Dan lagi memang Jonggon itu bisa dibilang identik dengan jahe,” tambahnya.

Dengan kehadiran RPB di Desa Jonggon Jaya ini, Sugiono berharap paling tidak ini mampu menjaga kestabilan harga jual jahe para petani. Mengingat memang pertanian jahe di Desa Jonggon Jaya pada saat harganya stabil bisa dipastikan akan berkembang dengan sendirinya.

Menilik kebelakang, Sugiono menuturkan bahwa jatuhnya harga jahe yang mengakibatkan banyak petani jahe berhenti menanam tanaman bio farmaka tersebut. Bahkan tidak jarang petani yang tidak memanen jahenya, lantaran saat harganya jatuh, biaya panennya jauh lebih mahal dibandingkan harga jual jahe.

“Sekarang kan harga jahe Rp 5-6 ribu, itu tidak dipanen oleh petani. Karena kan kalau dipanen mungkin hasilnya tidak cukup untuk biaya panen. Padahal kalau dulu waktu harganya bagus, petani di sana (Jonggon) bisa beli motor bahkan mobil dari hasil panen jahe. Kemudian selain harga kami juga berharap lahan pertanian di sana itu tidak dialihfungsikan,” pungkasnya. (tabs)