Tenggarong – Sektor pertanian dalam arti luas, menjadi prioritas Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (Pemkab Kukar), dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kukar 2021-2026. Dengan menyasar pemenuhan kebutuhan pangan bagi Kalimantan Timur (Kaltim) dan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Memastikan memberikan manfaat lebih, pemkab sendiri mendorong sektor hulu hingga hilirisasinya. Salah satunya, sedang membangun Rumah Pengolahan Bersama (RBP) untuk mengolah hasil pertanian jahe di Kukar. Bahkan kini sudah menginjak progres 90 persen. Di Desa Jonggon Jaya, Kecamatan Loa Kulu.
Tak ayal, kehadiran RPB jahe ini pun disambut dengan baik oleh Kelompok petani jahe yang ada di Desa Jonggon Jaya. Salah satunya Tarsito Hadi Prabowo, ketua Kelompok Tani (Poktan) Jahe Jaya Nusantara.
Ia berharap dengan hadirnya RBP ini, dapat menumbuhkan kembali geliat petani jahe di Desa Jonggon Jaya, yang mulai melemah. Lantaran harga jahe dipasaran sempat jatuh, yang mengakibatkan banyak petani merugi, bahkan sampai ada petani yang tidak memanen jahenya.
“Sekarang hanya tinggal beberapa petani saja yang masih menanam jahe, itupun dengan jumlah yang tidak terlalu besar. Padahal kalau dulu itu, orang bisa sampai berton-ton, tapi ini karena mau ada pabrik kan, saya perhatikan sudah ada yang mau mulai menanam. Karna lama kan masa tanamnya, standar 9 bulan lah,” cerita Tarsito Hadi Prabowo.
Selain masalah harga, faktor yang membuat geliat petani jahe di desanya sempat melemah, dikarenakan perawatan tanaman jahe yang terbilang intensif. Serta banyak petani yang jahe tanamannya mengalami kebusukan. Atau yang lebih dikenal oleh petani jahe sebagai virus, yang hingga kini masih belum dapat ditemukan solusinya.
Tapi dia menuturkan, bahwa,berdasarkan pendampingan yang diberikan oleh Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kukar, belakangan diketahui akar permasalahan dari virus yang menyerang jahe itu diakibatkan oleh kondisi tanah yang terlalu lembab, karena curah hujan di Kukar yang terlalu tinggi.
“Jadi mungkin nanti akan ada sosialisasi pencegahan kebusukan pada jahe pada para petani, jadi nanti sistem tanamnya mungkin yang perlu diperbaiki supaya petani bisa menghasilkan panen yang optimal,” jelasnya.
Sehingga petani tidak perlu khawatir jahenya gagal panen. Dengan adanya RBP ini, pria yang akrab disapa Kholik itupu optimis. Kehadiran RBP mampu membangkitkan kembali geliat pertanian jahe di Desa Jonggon Jaya. Serta tentunya membawa kesejahteraan bagi para petani.
Setidaknya para petani memiliki pasar yang pasti tanpa harus khawatir dengan jatuhnya harga secara mendadak. Apalagi pabrik ini terbilang memiliki jumlah produksi yang cukup besar, yaitu 1,5 ton per hari.
“Saya berharap petani setempat bisa bermitra dengan koperasi pengelola RBP ini, jadi petani bisa punya pasar. Karena petani ini bisa sejahtera kalau punya pasar sendiri, jadi tidak dimainkan harganya,” pungkasnya. (tabs)