Kembangkan Potensi Maritim, Desa Kersik Lirik Komoditi Garam

Tenggarong – Desa Kersik, Kecamatan Marangkayu, Kutai Kartanegara (Kukar), kini tengah mengembangkan salah satu potensi dari sektor maritim yang dimiliki desa tersebut, yaitu garam. Menjadi salah satu sumber daya alam yang memang melimpah di desa yang terletak di pesisir itu.

Dijelaskan oleh Muhammad Amin, salah seorang petani garam di Desa Kersik, bahwa pengembangan pertanian garam di desanya sudah dimulai sejak satu tahun belakangan. Bahkan, kini proses produksi garam tersebut, sudah hampir mencapai masa panen untuk kali pertama.

Ia menambahkan bahwa, dalam proses pengembangan pertanian garam di desa Kersik ini, mendapat bantuan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Timur (DKP Kaltim). Kemudian untuk lahan produksi garam, mereka mendapat bantuan dari Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dengan sistem pinjam kelompok.

“Luas lahan yang kita pakai kurang lebih setengah hektar, dan kami menargetkan produksi garam sebesar 800 kilogram,” ucap Muhammad Amin, Kamis (23/3/2023).

Garam yang diproduksi para petani di Desa Kersik ini, merupakan garam krosok atau mentah. Berdasarkan informasi yang beredar harga jual garam krosok berada dikisaran Rp 5 ribu per kilogramnya.

Sementara itu, saat dikonfirmasi oleh wartawan radarkukar.com, Kades Kersik, Jumadi, mengaku bahwa pihaknya berencana untuk mengembangkan produksi garam di desanya. Dari garam krosol atau mentah menjadi garam yodium yang siap dipasarkan.

Hanya saja, dikarenakan proses produksi garam ini masih sangat baru di desanya, pihaknya ingin terlebih dahulu melakukan observasi terhadap potensi pertanian di sektor garam. “Kami sebenarnya berkeinginan mengembangkan ke garam yodium melalui BUMDes, karena ini potensi desa. Tapi ini kita mau lihat dulu, sejauh mana garam ini bisa berkembang disini,” terang Jumadi.

Ia menilai, potensi garam di desanya sangatlah besar, karena desanya terletak di sekitar laut dan kondisi airnya pun terbilang masih bagus. Namun tentunya perlu proses penyesuaian sistem produksi garam, karena tentunya setiap wilayah memiliki cara yang berbeda-beda dalam memaksimalkan produksi garam.

“Kami berharap kelompok-kelompok petani garam yang ada ini, bisa betul-betul memanfaatkan bantuan pemerintah. Kemudian produksi garamnya bisa menghasilkan nilai ekonomis yang baik, karena dikhawatirkan ini tidak menjanjikan secara ekonomi, kan jadi tidak menarik,” pungkasnya. (adv/tabs)