Dispar Kukar Coba Undang Teknisi Lokal, Cek Kereta Gantung dan Sky Tower

Tenggarong – Salah satu ikon pariwisata Kutai Kartanegara (Kukar), yakni Pulau Kumala, kini masih terus berbenah dan memperbaiki diri. Dulunya, menjadi tempat wisata paling terkenal di Kukar ini, memiliki banyak fasilitas hiburan yang menjadi tujuan para pelancong.

Dua wahana hiburan yang paling tersohor, yakni kereta gantung dan sky tower. Sayangnya, wahana yang sempat jadi paling favorit ini sudah bertahun-tahun tidak beroperasi dikarenakan rusak. Apalagi sejak diambil alih pengelolaannya, oleh Dinas Pariwisata (Dispar) Kukar, sejak 2017 silam.

Untuk membangkitkan kembali gairah wisata di pulau seluas 76 hektare (ha) ini, Dispar Kukar berencana akan membangun beberapa wahana baru di Pulau Kumala. Yakni pembangunan Waterboom dan pemasangan lampu tematik di Jembatan Repo-Repo, yang akan mulai digarap pada tahun ini.

Sedangkan untuk nasib kedua wahana ikonik, yang kini hanya bisa dipandang itu, Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Wisata Dispar Kukar, M Ridha, mengatakan bahwa sementara ini pihaknya masih berupaya untuk melakukan identifikasi. Apa yang mengakibatkan sky tower dan kereta gantung tidak dapat beroperasi.

“Untuk sky tower, dan kereta gantung itu, kita dari tahun lalu itu sudah melakukan inspeksi sih. Sudah kita kontak pihak yang membangun kereta gantung itu, perusahaannya Double Mayer dari Austria. Info dari Double Mayer itu mereka minta sekitar Rp 400 juta, untuk 25 hari melakukan inspeksi, dan itu baru pengecekan, belum tau bisa diperbaiki atau tidak” sebut Ridha.

Mengingat angka ini dinilai terlalu besar untuk hanya sekedar melakukan pengecekan, pihaknya mengaku saat ini mencoba untuk melakukan inspeksi menggunakan teknisi lokal Indonesia. Dari Akademi Teknik Mesin Industri (ATMI) Surakarta. Untuk mengetahui kerusakan apa yang diderita dua wahana permainan itu.

Proses perbaikan dua wahana permainan itu pun, diyakininya akan menelan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu Ridha berkata, membutuhkan waktu yang tidak singkat untuk kembali mengoperasikan wahana itu. Mengingat hingga kini, pihaknya masih dalam tahap identifikasi.

“Secepatnya akan diidentifikasi dulu di tahun ini, agar bisa tahu berapa pembiayaan perbaikan dua wahana ini, apakah memungkinkan kita perbaiki atau tidak,” sambungnya.

Dia menambahkan bahwa, untuk melakukan perbaikan kedua wahana ini sangat penting untuk menghitung kalkulasi biaya perbaikannya terlebih dahulu. Agar dapat diketahui besaran biaya perbaikan yang dibutuhkan, kemudian mengukur apakah memungkinkan dengan kekuatan keuangan daerah.

“Kita harus pastikan dulu, jangan sampai lebih mahal daripada membangun baru. Nanti kalau sudah kita tahu besaran biayanya yang dibutuhkan untuk perbaikan, kemungkinan kita akan cari investor. Tapi yang penting kita harus tah
u dulu apa aja yang rusak,” tandasnya. (tabs)