Tenggarong – Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (Pemkab Kukar) terus berupaya untuk menangani permasalahan stunting. Bahkan penanganannya menjadi salah satu yang paling diprioritaskan, sepaket dengan pengentasan masalah kemiskinan. Hal ini dilakukan sebagai upaya serius pemerintah, dalam membentuk generasi emas pada 2045 mendatang.
Stunting sendiri, merupakan masalah kekurangan gizi pada anak, di 1.000 hari pertama dalam hidupnya yang terjadi secara berkelanjutan. Kondisi ini dapat mengakibatkan gangguan pada tumbuh kembang anak, lebih parahnya lagi stunting dapat mengakibatkan terhambatnya perkembangan otak anak.
Tak heran, stunting menjadi salah satu fokus penanganan Pemkab Kukar saat ini, apalagi secara nasional angka stunting di Kalimantan Timur (Kaltim) bisa dibilang ada pada angka yang memprihatinkan. Berdasarkan survei status gizi yang dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) secara nasional, Kaltim menduduki tempat pertama dengan angka 27,7 persen. Khusus di Kukar, angka stunting bisa dikatakan sedikit lebih baik, jika dibandingkan keseluruhan wilayah Kaltim. Setidaknya data terakhir pada tahun 2021 menyebutkan stunting di Kukar ada diangka 17 persen.
Merespon itu, Pemkab Kukar membuat komitmen lintas sektoral, untuk menekan angka stunting. Bagaimana setiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD) diminta secara khusus, untuk menjalankan program sesuai dengan tupoksinya untuk menangani permasalahan ini. Mulai dari penyediaan rumah layak huni, hingga asupan nutrisi yang diberikan kepada anak.
“Kita juga berkordinasi dengan OPD lain, karena mencegah lebih baik daripada mengobati. Data menunjukkan keluarga yang beresiko stunting di Kukar ada 86.020, data tersebut berdasarkan keluarga yang tidak memiliki penghasilan tetap, rumah tidak layak huni, sanitasi jelek, hingga ibu hamil yang pra sejahtera,” papar Adinur, kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP2KB) Kukar, Senin (13/2/2023).
Untuk mensukseskan pencegahan angka stunting di Kukar, bahkan Bupati Kukar Edi Damansyah, secara khusus meminta untuk mencoba program Bapak dan Bunda Asuh anak stunting. Wacananya semua OPD akan coba digaet untuk terlibat dalam program ini, bagaimana nantinya anak keluarga berpotensi stunting, tidak akan menerima bantuan uang. Akan tetapi pemberian asupan makanan dengan gizi, dan protein seimbang, bagi ibu dan anak dibawah umur 2 tahun.
“Ada permintaan Pak Bupati untuk mencoba Bapak dan Bunda Asuh anak stunting. Ini datanya lagi dikerjakan, karena kita adanya data tahun 2021,” lanjutnya.
Pencegahan stunting memang menyasar anak dibawah usia 2 tahun. Lantaran usia diatas itu dinilai sudah cukup terlambat untuk ditangani, karena otak anak telah mulai berkembang. Adinur menyebutkan setidaknya ada 5 kecamatan paling beresiko stunting di Kukar. Diantaranya Kecamatan Loa Kulu, Loa Janan, Tenggarong, Tenggarong Seberang, dan Samboja.
“Harapan saya OPD yang terkait harus tetap semangat, artinya kerjasama kita ini harus terus dilanjutkan. Selain itu kami juga berharap masyarakat ini bisa membantu, karena ini bukan untuk siapa-siapa tapi untuk masyarakat juga,” pungkasnya. (tabs)