Tenggarong – Hadirnya Rumah Produksi Bersama (RPB) Jahe, di Desa Jonggon Jaya, Kecamatan Loa Kulu. Diharapkan mampu menghidupkan kembali gairah petani jahe, yang sempat mati suri karena harga jahe anjlok di pasaran.
Terbukti, dengan rampungnya pembangunan RPB Jahe yang tinggal menunggu proses peresmian. Petani jahe di Desa Jonggon Jaya sudah mulai berangsur-angsur menanam jahe kembali. Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala Desa (Kades) Jonggon Jaya, Muhammad Kholil.
“Ini kan RPB tinggal tunggu peresmian, petani di desa kami juga sudah mulai menanam kembali,” kata Kholil, Selasa (9/5/2023).
Kembalinya gairah para petani jahe di Desa Jonggon Jaya, pun kemudian mendapatkan dukungan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kukar. Melalui Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kukar. Kholil menuturkan bahwa, petani jahe di desanya akan menerima bantuan berupa bibit jahe putih.
“Insya Allah nanti juga dari Pemkab Kukar lewat Distanak ada bantuan bibit jahe putih sebanyak 10 ton. Kami berterimakasih tentunya pada semua pihak, atas bantuan ini. Mudah-mudahan bisa meringankan biaya produksi para petani,” tambahnya.
Hanya saja, ada sedikit kendala yang dihadapi oleh para petani jahe di desanya. Yaitu ketiadaan alat mesin pertanian (Alsintan). Sehingga proses pematangan lahan untuk menanam jahe harus dilakukan secara manual. Meski demikian pihaknya sudah mengajukan pengadaan bantuan berupa mesin traktor, dan berharap pengadaan tersebut bisa segera direalisasikan.
Ia menerangkan, sejak dulu memang desanya dikenal dengan produksi jahe. Bahkan pada masa panen raya, produksi jahe dari desa Jonggon Jaya perharinya bisa mencapai 15 ton. Namun belakangan pertanian jahe di desanya sempat mati suri. Dikarenakan harga pasaran jahe mencapai angka Rp 5 ribu per kilogram.
“Makanya kami berharap pemerintah bisa menerbitkan regulasi untuk mengatur limit harga minimum. Karena kasihan petani, jahe ini kan biaya produksinya besar,” pungkasnya. (adv/tabs)