TENGGARONG – Bank Sampah Al-Hidayah, yang dikelola warga RT 4 Kelurahan Maluhu, kini terbilang sukses. Dengan mengharapkan sampah rumah tangga yang didapat setiap hari, disulap menjadi barang yang bermanfaat. Mulai dari kerajinan hingga pupuk kompos.
Hasil dari pemanfaatan sampah ini tentunya menghasilkan nilai ekonomis. Luar biasanya lagi, hasil daur ulang sampah ini disedekahkan untuk Taman Pendidikan Alquran (TPQ) musala sekitar Maluhu.
“Saya inginnya keberadaan bank sampah itu ada di tiap RT. Sehingga warga dapat ikut membenahi pengelolaan sampah dan menjadikannya bermanfaat,” beber Lurah Maluhu, Tri Joko Kuncoro.
Joko mengatakan pencanangan bank sampah ini terus digencarkannya. Saat ini sudah terbentuk tiga unit bank sampah di Kelurahan Maluhu. Yakni di RT 3, RT 4 dan RT 23. Dalam pengelolaannya, Joko menerapkan sistem sederhana kepada warga, yakni dengan memberikan karung ke setiap warga. Yang nantinya akan diisi sampah-sampah bermanfaat seperti plastik hingga dedaunan.
“Ini dikumpulkan jadi satu kemudian nanti akan diambil bank sampah tiap seminggu sekali. Semua yang terkumpul pengelolaannya dibuat kerajinan, dan biasanya dijual. Dan hasilnya diserahkan ke TPQ langgar. Jadi dari warga untuk warga,” ujarnya.
Sementara itu, Sugiarto, direktur Bank Sampah Al-Hidayah, menjelaskan tujuan dibentuknya bank sampah ini adalah keinginan bersama pihak kelurahan dan warga untuk menjaga lingkungan. Melalui tekad mewujudkan lingkungan yang bersih bagi warga. Lurah bersama RT dan warga memutuskan untuk membentuk bank sampah ini.
“Jadi modal awalnya adalah memberikan karung ke warga. Baru kita kasih pengertian bahwa sampah organik dan non organik itu dipisahkan. Nanti kami ambil dan manfaatkan semua. Alhamdulillah sampah itu tidak terbuang,” jelasnya.
Dalam bank sampah ini, Sugiarto menyebut pihaknya belum ada menggunakan sampah residu. Namun masih fokus terhadap pemanfaatan sampah organik dan non organik. Dalam mengembangkan bank sampah ini dilakukan secara otodidak. Hanya memiliki bekal kuat untuk pemanfaatan sampah.
Namun, secara otodidak melalui pembelajaran di internet, pertemuan dan diskusi rutin. Sugiarto dan warga yang ikut membantu di bank sampah terus belajar membuat kerajinan dan kompos. Tentunya, tidak lepas dari dukungan penuh lurah dan ketua RT. Meski umurnya masih delapan bulan, Sugiarto terus komitmen membangun semangat warga untuk peduli terhadap sampah.
“Alhamdulillah sekarang kami lengkapi administrasi untuk lomba seperti Penilaian Adipura tahun ini,” imbuhnya.
Di Bank Sampah Al-Hidayah ini, berbagai bentuk karya telah dihasilkan dari pemanfaatan sampah. Mulai dari tas dari sampah plastik, eco brick hingga pupuk kompos. Penyaluran manfaatnya juga beragam. Seperti penjualan kerajinan sampah, hasilnya akan didonasikan ke TPQ langgar sekitar Maluhu.
Adapun pupuk kompos yang dibuat dari sampah-sampah dedaunan warga. Dedaunan ini nantinya akan dikumpulkan dan diolah dengan air beras menjadi pupuk kompos. Proses pembuatannya sendiri memakan waktu dua bulan. Dan setelah menjadi pupuk, maka akan diserahkan ke Kelompok Wanita Tani (KWT) untuk menjadi pupuk mereka dalam menanam sayuran. Sugiarto turut berharap semua upaya ini mendapat dorongan dari pemerintah kabupaten.
“Harapannya kedepan kami minta dukungan Pemkab Kukar. Karena saat ini fasilitas kami sangat terbatas, tetapi semangat kami besar. Gerobak kami untuk mengangkut sampah saja dari warga. Untuk itu kami minta bantuan dan dukungan dari Pemkab Kukar seperti alat transportasi,” pinta Sugiarto. (adv)
Pemulis : Ady Wahyudi
Editor : Muhammad Rafi’i