Rusak Parah, Mahasiswa Kukar Keluhkan Kondisi Jalan Poros Muara Badak-Marangkayu

TENGGARONG – Sekelompok mahasiswa asal Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), yang mengatasnamakan dirinya sebagai Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Pesisir Daerah (AMARAH) menyoroti kondisi jalan poros provinsi yang menjadi lintas kecamatan. Yakni menghubungkan Kecamatan Muara Badak dan Marangkayu, yang kini kondisinya semakin mengkhawatirkan.

Fiqri Pahresa, ketua Himpunan Mahasiswa Marangkayu menuturkan, sepanjang ruas dari Desa Tanjung Limau, Muara Badak, hingga perbatasan Marangkayu terdapat banyak titik yang mengalami kerusakan. Selama tiga tahun terakhir, jalan tersebut mengalami kerusakan parah, terutama di kawasan perbatasan Desa Sebuntal, Marangkayu.

Kerusakan ini diperparah dengan longsoran yang hingga kini hanya ditangani secara seadanya. Ia menuntut pemerintah segera bertindak untuk memperbaiki infrastruktur vital ini. Mengingat akses jalan tersebut merupakan urat nadi utama perekonomian masyarakat di beberapa desa.

“Jalan yang seharusnya beraspal kini dipenuhi lubang dari kecil hingga besar. Di perbatasan dua kecamatan, ada jembatan yang longsor sejak tiga tahun lalu, namun hanya ditambal dengan tanah dan batang pohon kelapa. Ini jelas tidak layak,” ungkap Fiqri, Kamis (19/12/2024).

Ia menambahkan bahwa jalan ini adalah penghubung utama masyarakat di tiga wilayah strategis, yaitu Muara Badak, Marangkayu, dan Kota Bontang. Namun, hanya separuh badan jalan yang bisa digunakan. Aliran air di bawah jembatan yang longsor memperburuk kondisi, memicu risiko kerusakan lebih besar jika tidak segera diperbaiki.

Sementara itu, koordinator AMARAH, Erdin Syam, mengatakan bahwa masyarakat setempat telah berulang kali, mencoba memperbaiki jalan dengan gotong royong. Namun, upaya swadaya ini tidak mampu mengatasi kerusakan yang terus memburuk.

“Kami melihat sendiri kondisi jalan yang memprihatinkan. Warga harus ekstra hati-hati saat melintas karena lubang besar sering kali menyebabkan kecelakaan. Banyak pengendara terjatuh, bahkan ada yang terluka parah,” jelasnya.

Menurut Erdin, aktivitas kendaraan berat dari perusahaan tambang batu bara dan migas turut mempercepat kerusakan jalan. Jalan poros ini menjadi jalur utama bagi truk-truk besar. Sementara masyarakat setempat hanya bisa pasrah melihat kondisi infrastruktur yang semakin buruk.

“Kerusakan jalan ini tidak hanya mengganggu aksesibilitas, tetapi juga membahayakan nyawa warga. Pemerintah seharusnya bertanggung jawab, apalagi ini adalah jalan berstatus provinsi,” ujar Erdin.

AMARAH menekankan bahwa masalah ini harus segera mendapat perhatian serius dari pemerintah. Sebagai jalur utama penghubung antarwilayah, jalan poros ini berperan penting dalam mobilitas masyarakat dan distribusi logistik. Namun, jika dibiarkan kerusakan jalan ini dapat berdampak buruk pada perekonomian lokal dan keselamatan pengguna jalan.

“Saya tidak peduli ini jalan provinsi atau kabupaten, yang penting segera diperbaiki. Masyarakat sudah cukup menderita dengan kondisi ini. Pemerintah harus bertindak, jangan menunggu korban lebih banyak,” tegas Erdin.

Penulis : Ady Wahyudi

Editor : Muhammad Rafi’i