TENGGARONG – Sektor usaha pertanian garam krosok berkembang pesat di Desa Kersik, Kecamatan Marangkayu, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar). Saat ini, pelaku usaha disektor ini memiliki kelompok yang bernama Kelompok Usaha Garam Rakyat (Kugar).
Kelompok yang terbentuk pada Desember 2023 ini, telah memiliki tujuh rumah tunel produksi garam yang terbuat dari bahan plastik dan pipa berukuran 15×4 meter. Satu rumah tunnel garam mampu memproduksi sekitar 600-700 kilogram garam dalam satu kali panen.
Ketua Kugar, Sigit Sarlan, mengatakan hasil panen garam ditiap tunelnya masih dapat ditingkatkan hingga mencapai 1 ton lebih. Namun akan memakan waktu pengolahannya yang lebih lama.
“Karena kan hasil panennya bisa kami atur tergantung jumlah air yang dimasukkan ke rumah garam saat pembuatan,” sebutnya, Selasa (7/5/2024).
Sigit melanjutkan, waktu panen garam sangat bergantung pada kondisi cuaca. Jika musim kemarau panjang, tentu panen garam bisa dilakukan lebih cepat. Sebaliknya jika musim hujan, tentu waktu panen akan lebih lama.
“Kalau tidak ada hujan sekitar 30-40 hari sudah jadi garam. Garam yang sudah dipanen ini akan jadi garam krosok,” jelasnya.
Meski begitu, produksi garam tersebut masih belum bisa memenuhi kebutuhan masyarakat di Desa Kersik. Garam krosok ini hanya dijual eceran untuk warga sekitar dan digunakan untuk membuat ikan asin atau pengganti pupuk.
“Harganya sekitar Rp 3 ribu sampai Rp 5 ribu per kilogram. Kemaren yang beli itu 300 sampai 500 kilogram,” ucapnya.
Sigit berharap kelompok usaha yang dipimpinnya bisa menjadi bahan percontohan untuk daerah lain. Meskipun produksinya masih dalam skala kecil dan Kecamatan Marangkayu adalah daerah satu-satunya yang memproduksi garam krosok di Kukar.
“Untuk saat ini hanya mampu produksi sedikit, kedepan masih kita usahakan untuk produksi secara besar. Rata-rata garam yang dipasok di pasar berasal dari luar pulau, di Kalimantan juga harus mampu bersaing dan menciptakan inovasi baru,” tutupnya. (Adv)
Penulis : Ady Wahyudi
Editor : Muhammad Rafi’i