TENGGARONG – Korps HMI Wati (Kohati) Himpunan Mahasiswa Islam Kutai Kartanegara (HMI Kukar), menggelar reuni akbar dan diskusi publik dalam rangka memperingati Milad ke-57 Kohati. Kegiatan ini digelar di Aula DPRD Kukar, pada Minggu (24/9/2023) malam.
Mengusung tema “Perempuan dalam Potret Politik Indonesia”, diskusi ini turut menghadirkan empat orang narasumber. Mulai dari Kepala Kesbangpol Kukar, Rinda Desianti. Komisioner KPU Kalimantan Timur (Kaltim), Iffa Rosita, Koordinator Presidium Forhati Kukar, Darmi. Serta Akademisi Unikarta, M Dudi Hari Saputra.
Ketua Kohati Kukar, Elisa Wulan Oktavia, mengatakan pihaknya sengaja menghadirkan diskusi ini ditengah rangkaian peringatan Milad Kohati ke-57. Sebagai ajang pembelajaran bagi seluruh kader Kohati Kukar.
Tentang sejauh mana sepak terjang dan posisi perempuan di tengah kancah perpolitikan nasional. Mengingat saat ini kita sedang menghadapi tahun politik yang akan menentukan arah bangsa ini. “Jadi penting bagi para perempuan untuk mengetahui bagaimana menentukan sikap ditengah kontestasi politik,” kata Elisa.
Ia merasa selama ini perempuan cenderung lebih pasif dalam momentum politik. Sementara dalam pelaksanaannya, suara para perempuan memiliki bargaining yang sama dalam menentukan masa depan bangsa ini. Kegiatan ini pun menuai apresiasi dari Kaban Kesbangpol Kukar, Rinda Desianti.
Menurutnya apa yang dilakukan oleh Kohati Kukar ini merupakan langkah yang tepat, untuk memberikan pencerahan kepada para perempuan. Bahwa mereka juga berhak untuk terlibat aktif dalam kontestasi politik dan berhak menduduki posisi-posisi strategis di ranah publik.
“Bagus ya, karena diskusi publik ini paling tidak memberikan sebuah pencerahan terutama buat perempuan,” ungkap Rinda.
Ia juga berharap, kedepannya Kohati Kukar dapat lebih intens lagi dalam memberikan pendidikan politik bagi perempuan di tengah-tengah masyarakat.
Disisi lain Anggota KPU Kaltim, Iffa Rosita, juga melontarkan hal serupa. Menurutnya, kegiatan-kegiatan seperti ini harus bisa lebih ditingkatkan lagi intensitasnya menjelang tahun-tahun politik seperti saat ini. Apalagi jika berkaca pada pelaksanan pemilu tahun 2019, tingkat partisipasi perempuan dalam Pemilu di Kaltim terbilang cukup tinggi.
“Saya berharap partisipasi ini bukan hanya datang ke TPS saja menentukan hak pilihnya. Tapi lebih kepada kualitas pilihan itu betul-betul bisa menentukan pilihan yang berkualitas. Karena ini kan menentukan nasib kita kedepan,” jelasnya.
“Bagaimanapun juga pemilih adalah subjek penentu, kira-kira mau dibawa kemana bangsa ini. Yang terpenting lagi adalah tidak golput dan tidak money politic. Karena dengan menghilangkan budaya itu, kita bisa menghasilkan pemimpin yang berintegritas,” pungkas Iffa.
Pemulis : Ady Wahyudi
Editor : Muhammad Rafi’i