TENGGARONG – Salah satu advokat kenamaan asal Kutai Kartanegara (Kukar), Didi Tasidi, mendeklarasikan dirinya untuk mendaftar sebagai calon Jaksa Agung Republik Indonesia. Didalam kabinet kepemimpinan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, sebagai presiden dan wakil presiden terpilih untuk periode 2024-2029.
Untuk memuluskan niatnya tersebut, Pimpinan Ditas Law Office itu menggelar ziarah ke makam para raja Kesultanan Kutai Karyanegara Ing Martadipura yang menjadi saksi bisu sejarah panjang Nusantara. Baginya, ziarah ini bukan sekadar ritual, tetapi bentuk penghormatan kepada para pendahulu dan pencarian restu spiritual untuk perjalanan kariernya.
Selama melangsungkan ziarah, Didi Tasidi nampak berdoa dengan khidmat dan khusyuk di hadapan makam para leluhur Kutai. Setelah merampungkan rangkaian kegiatan ziarah makamnya, ia juga mengutarakan keinginannya untuk bisa bertemu Sultan Aji Muhammad Arifin, untuk bersilaturahmi dan meminta restu dan dukungan resmi atas pencalonannya.
“Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura adalah kerajaan tertua di Nusantara, dan hari ini kami bersilaturahmi dengan leluhur untuk meminta karomah dan doa,” sebutnya, usai melaksanakan ziarah makam, pada Kamis (15/6/2024).
Setelah ziarah, Didi Tasidi, melanjutkan agendanya dengan melaksanakan dialog bersama masyarakat Kukar, di sebuah kafe di Tenggarong. Dalam kesempatan itu, ia berbincang dan memberikan penjelasan terhadap masyarakat tentang permasalahan mendasar penegakan hukum di Indonesia.
Selain itu, pria yang juga merupakan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Himpunan Advokat/Pengacara Indonesia (APPI) itu juga berbicara mengenai berbagai dukungan yang ia terima dari berbagai tokoh penting. Habib Luthfi bin Yahya misalnya, menjadi salah satu pendukung kuat yang mengharapkan keyakinan penuh dari Didi untuk maju sebagai Jaksa Agung.
“Saya juga datang meminta restu ke tokoh agama di Pamekasan. ‘Jalur langit’ Insya Allah sudah ada,” kata Didi.
Didi Tasidi juga mengungkapkan motivasinya yang tulus untuk menjadi Jaksa Agung. Menurutnya, keinginan ini bukan didorong oleh ambisi finansial. Tetapi oleh tekad untuk memperbaiki sistem hukum dan memberikan manfaat bagi masyarakat. Baginya, keberhasilan dalam kehidupan diukur dari seberapa besar manfaat yang bisa diberikan kepada orang lain, bukan dari kekayaan materi.
“Kalau sampai saat ini, rezeki saya dan keluarga sudah cukup. Artinya, bisa tidur di rumah sudah cukup dengan rezeki saat ini,” tegasnya.
Intervensi politik menjadi isu penting yang juga dibahas Didi dalam dialog ini. Menurutnya, sejak awal pencalonannya, ia sudah mendapat berbagai tawaran untuk posisi menteri atau wakil menteri. Namun ia menolak demi fokus pada reformasi sistem hukum sebagai Jaksa Agung.
Dalam waktu dekat, ia berencana bertemu Prabowo Subianto, presiden terpilih, untuk menegaskan posisinya yang independen dari intervensi politik. Didi menegaskan bahwa meskipun ia tergabung dalam tim relawan pemenangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, ia tidak terikat kontrak politik.
Dukungan yang ia terima dari seluruh Indonesia, katanya, murni dan tanpa beban dari pihak manapun. Termasuk dari pihak-pihak dengan kepentingan bermasalah.
“Saya tak punya beban dengan siapa pun, apalagi mendapat dukungan dari uang bermasalah. Maka, kami tak ada kepentingan,” tambahnya.
Dengan penuh optimisme, Didi Tasidi menutup acara dengan keyakinan bahwa ia dan timnya bergerak dengan niat tulus dan tanpa kepentingan pribadi. Acara ini bukan hanya sekadar dialog, tetapi juga manifestasi dari komitmen dan tekad untuk membawa perubahan dalam sistem hukum di Indonesia.
“Orang yang paling mulia adalah orang yang paling bermanfaat untuk orang lain. Dan itulah yang menjadi tujuan saya menjadi Jaksa Agung,” pungkasnya.
Penulis : Ady Wahyudi
Editor : Muhammad Rafi’i