TENGGARONG – Kepala Desa Jongkang, Syuriansyah, mengungkapkan perubahan signifikan dalam mata pencaharian masyarakat di desanya. Saat ini, mayoritas penduduk Desa Jongkang bekerja sebagai buruh, di berbagai perusahaan yang beroperasi di wilayah tersebut.
Sementara aktivitas pertanian mulai menyusut. Perubahan pola kerja ini menjadi tantangan, sekaligus peluang bagi Desa Jongkang dalam mengelola sumber daya manusia dan potensi daerah untuk masa depan yang lebih baik.
Syuriansyah, mengatakan bahwa sekitar 70 persen warga Jongkang, bekerja sebagai buruh di perusahaan. Seperti galangan kapal, kelapa sawit, dan ponton. “Di Jongkang ini ada beberapa perusahaan besar, seperti galangan kapal dan sawit. Masyarakat banyak yang bekerja sebagai buruh di sana. Ada juga yang sambil bertani, tapi jumlahnya semakin sedikit,” ungkap Syuriansyah.
Hal ini terjadi karena hampir 40 persen lahan di Jongkang sudah dikuasai oleh perusahaan-perusahaan tersebut. Lahan pertanian sudah banyak yang digunakan perusahaan, termasuk lahan basah yang banyak dikaplingkan. Karena itu, masyarakat banyak yang beralih profesi menjadi buruh.
Syuriansyah menjelaskan bahwa hanya sekitar 15 persen penduduk yang masih bertani. Dimana petani sekarang sebagian besar adalah orang luar yang menanam komoditas seperti cabe dan semangka. “Dulu Jongkang terkenal dengan hasil pertanian seperti itu, tapi sekarang sudah berkurang,” jelas Syuriansyah.
Sementara itu, sekitar 10 persen warga lainnya bekerja sebagai pegawai. Kondisi ini menunjukkan pergeseran struktur ekonomi di Desa Jongkang yang semakin bergantung pada sektor industri dan jasa.
Syuriansyah berharap dengan adanya perubahan ini, masyarakat dapat terus beradaptasi dan mendapatkan kesejahteraan dari pekerjaan mereka, baik sebagai buruh maupun petani. “Kami juga terus mendorong pelatihan dan pengembangan UMKM agar masyarakat punya alternatif penghasilan selain bertani,” tutup Syuriansyah. (ADV)
Penulis : Shavira Ramadhanita
Editor : Muhammad Rafi’i