TENGGARONG – Desa Bukit Layang, Kecamatan Kembang Janggut, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), mencuri perhatian dengan inovasi pertanian unik. Yakni berupa sawah apung. Inisiatif ini memanfaatkan lahan di atas permukaan air ini, sebagai alternatif pertanian padi. Program ini digagas sejak 2023 oleh Pemerintah Desa (Pemdes) Bukit Layang, dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan petani sekaligus memperkuat ketahanan pangan desa.
“Kami ingin menjawab tantangan sekaligus memanfaatkan potensi lokal. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sangat mendukung langkah ini, dan kami optimistis dampaknya akan besar bagi desa,” ujar Kepala Desa Bukit Layang, Silferius Sudi, pada Selasa (3/12/2024).
Silferius menjelaskan bahwa inovasi sawah apung ini bermula dari kondisi geografis desa, dimana banyak lahan pertanian tergenang banjir selama musim hujan. Dengan metode ini, lahan yang sebelumnya tidak produktif kini diubah menjadi peluang baru bagi petani.
“Keunggulan sistem ini banyak, seperti tidak perlu membajak lahan, lebih hemat biaya, dan tetap bisa digunakan meskipun menghadapi kekurangan air,” tambahnya.
Sawah apung juga menjadi jawaban atas tantangan perubahan iklim yang kerap memengaruhi pola tanam tradisional. Dengan memanfaatkan teknologi sederhana tetapi efektif, Pemdes Bukit Layang menciptakan peluang baru bagi petani lokal.
Meskipun memberikan harapan besar, program ini masih menghadapi kendala, terutama biaya media tanam yang cukup mahal. Namun, Pemdes Bukit Layang tetap optimistis dan berkomitmen mencari solusi agar inovasi ini berkelanjutan.
“Kami harap sawah apung ini dapat menjadi contoh keberhasilan inovasi pertanian yang adaptif terhadap perubahan lingkungan. Ini langkah awal untuk memastikan ketahanan pangan desa kami tetap terjaga,” tutupnya. (Adv)
Penulis : Ady Wahyudi
Editor : Muhammad Rafi’i