Tenggarong – HIV merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Serta menular melalu cairan tubuh seperti, darah, sperma, cairan vagina, cairan anus dan asi.
Kini, HIV masih menjadi masalah serius ditengah-tengah masyarakat. Lantaran virus ini merupakan penyakit seumur hidup, yang akan terus menetap di tubuh penderita. Jika pada kondisi lebih parah penderitanya akan mengidap AIDS.
Di Kutai Kartanegara (Kukar) sendiri, angka orang yang terinfeksi terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2022 saja, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kukar menemukan setidaknya ada 158 kasus baru orang yang terinfeksi HIV.
Data ini disampaikan langsung oleh Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Kabid P2PL) Dinkes Kukar, Supriyadi. Dia menjelaskan, selama ini Dinkes Kukar memang memiliki program khusus, yang dinamai program pelayanan orang beresiko HIV/AIDS. Dimana program ini termasuk kedalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang wajib dicapai 100 persen di setiap tahunnya.
Dimana program ini, merupakan tahap identifikasi awal atau skrining. Terhadap populasi tertentu yang dinilai paling rawan terinfeksi HIV-AIDS. “Itu kalau di HIV/AIDS ada 8 Populasi kunci namanya, jadi tidak sembarang orang di pasar kita periksa. Ada 8 populasi kunci termasuk ibu hamil,” sebut Supriyadi.
Supriyadi memaparkan, bahwa ibu hamil wajib dilakukan skrining HIV/AIDS. Untuk memastikan keturunannya aman dari HIV/AIDS. Selain Ibu hamil, 8 populasi kunci yang dilakukan skrining oleh Dinkes Kukar. Yakni penderita TBC, pengguna jarum suntik, Warga Binaan Pemasyarakatan di Lapas, pasien Infeksi Menular Seksual (IMS), Pekerjaan Seks Komersial (PSK), Lelaki Seks Lelaki, dan waria.
Sepanjang tahun 2022, Dinkes Kukar melakukan skrining terhadap 17.317 orang. Dari 8 populasi rentan tersebut, didapati 158 kasus baru pengidap HIV di Kukar. Angka ini tentunya sangatlah memprihatinkan. Bahkan Supriyadi menambahkan, dalam setiap tahunnya kasus baru di Kukar rata-rata mencapai angka 100-115 orang. Angka ini tentunya sangat menghawatirkan.
“Paling banyak ya itu dari hubungan seksual, untuk penularan melalu jarum suntik, yang digunakan secara bergantian kasusnya jarang. Lebih banyak hubungan seks bebas. Baik antara pria dengan wanita, maupun pria dengan pria,” tambahnya.
Oleh karena itu, pihaknya gencar melakukan sosialisasi secara rutin, termasuk promosi kesehatan baik secara langsung maupun lewat media sosial (medsos). Sebagai bentuk antisipasi.
Terhadap mereka yang terlanjur terinfeksi HIV/AIDS, Dinkes Kukar bersama dengan Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD). Senantiasa melakukan pengobatan dan menjaga kepatuhan, termasuk kepatuhan berobat dan kepatuhan untuk tidak menularkan penyakit tersebut.
Selain itu juga, pemerintah menanggung biaya pengobatan bagi penderita. Apalagi mereka diharuskan mengkonsumsi obat tersebut seumur hidupnya. Serta, pemerintah juga memberikan mereka makanan tambahan, untuk menjaga kondisi fisik mereka.
Untuk menekan laju penyebaran HIV/AIDS di Kukar, Supriyadi mengimbau kepada masyarakat untuk menjauhi seks bebas. Kalaupun kondisi itu tidak bisa dihindarkan, dia menyarankan masyarakat untuk senantiasa mengenakan alat kontrasepsi.
Seperti diketahui, bahwa penularan HIV/AIDS di Kukar paling banyak didapati melalui hubungan seks bebas. Data menyebutkan rata-rata dari populasi kelompok rentan, yang berprofesi sebagai PSK di lokalisasi 10 persen, dari mereka terinfeksi HIV-AIDS.
“Terus bagi masyarakat yang tidak tertular kami berharap agar masyarakat tidak mendeskriditkan mereka yang terinfeksi. Karena kasihan juga mereka, harus kita dorong juga supaya bisa hidup layak, dan tentu kita bisa memberikan dukungan. Kemudian bagi penderita sendiri, kalau sudah tertular ya jangan juga menularkan ke yang lain,” pungkasnya. (tabs)