Kehangatan Momentum Beseprah, Sultan Aji Muhammad Arifin Gelar Jamuan Bersama Ribuan Warga Kukar

TENGGARONG – Dalam rangka memeriahkan rangkaian kegiatan Pesta Adat Erau 2024, Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, Aji Muhammad Arifin, menggelar jamuan beseprah bersama ribuan masyarakat di Kutai Kartanegara (Kukar). Dalam jamuan ini, seluruh lapisan masyarakat dari berbagai unsur dan golongan duduk bersama, untuk menyantap hidangan yang telah disediakan. Yakni di sepanjang jalan depan Museum Mulawarman, Jalan Diponegoro, pada Kamis (26/6/2024).

Dalam pelaksanannya masyarakat telah memadati kawasan tersebut sejak pukul 06.00 WITA, hanya untuk mengikuti tradisi beseprah. Dengan posisi duduk bersila, tamu undangan dan seluruh lapisan masyarakat menyantap hidangan khas yang disediakan secara bersama, tanpa membeda-bedakan golongan.

“Tradisi ini sudah ada sejak lama, menghubungkan rakyat dengan raja. Masyarakat sangat antusias, kami menerima warga dari mana pun, apalagi dengan adanya IKN yang berbudaya,” ujar Sultan Kutai Kartanegara, Aji Muhammad Arifin, melalui Pangeran Noto Negoro Heriansyah.

Secara filosofis, jamuan makan beseprah merupakan gambaran harapan dan doa dari sultan, agar dapat menjadi pemimpin yang mengayomi. Tradisi ini juga mencerminkan keinginan sultan untuk membaur dengan rakyatnya, merasakan kebahagiaan dan tantangan yang mereka hadapi. Tradisi ini telah dilaksanakan sejak abad ke-13. Dimulai sejak era Raja Aji Batara Agung Dewa Sakti, memimpin tanah Kutai.

Disisi lain, Penjabat Sementara (Pjs) Bupati Kukar, Bambang Arwanto, menekankan pentingnya momen ini sebagai momentum untuk seluruh pihak untuk mempererat kebersamaan bersama masyarakat. Dimatanya, acara ini juga merupakan simbol persatuan dan kerjasama antara pemerintah dan kesultanan.

“Ini adalah momen sakral yang penuh berkah bagi kita semua,” serunya.

Dalam suasana penuh kehangatan, beseprah bukan hanya menjadi ajang makan bersama. Tetapi juga mempererat silaturahmi, menghilangkan strata sosial, dan menciptakan momen kebersamaan yang berarti bagi semua warga.  Acara ini menjadi pengingat bahwa meski zaman telah berubah, tradisi yang mengakar kuat tetap mampu menyatukan hati dan jiwa masyarakat Kukar.

Penulis: Ady Wahyudi

Editor : Muhammad Rafi’i