TENGGARONG – Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kutai Kartanegara (DPK Kukar), menggelar rapat koordinasi (rakor) terkait pengembangan pusat keunggulan (Centre of Excellent) budaya Kalimantan dan sosialisasi pelestarian naskah kuno. Kegiatan kerjasama DPK Kaltim ini, terpusat di Perpustakaan Daerah Kukar, Kamis (20/7/2023) pagi.
Kepala DPK Kaltim, M Syafranuddin, menjelaskan rakor ini dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas dan pengetahuan yang berkaitan dengan budaya di Kalimantan. Mengingat Kaltim sudah ditunjuk sebagai Center of Excellent se-Kalimantan sejak 2012 lalu. Rakor ini juga dimaksudkan untuk melakukan evaluasi, terhadap tindak lanjut dan perkembangan status Center of Excellent yang diemban Kaltim.
“Kalau kita berkaca, sejarah ini merupakan hal terpenting bagi pembangunan bangsa. Jadi kalau kita tidak melakukan evaluasi terhadap penunjukan ini, maka kita akan ketinggalan,” terang Syafranuddin.
Apalagi, ia pun mengakui bahwa sebagian sejarah di Kaltim ini berada di luar negeri. Salah satu contohnya seperti Putri Petung, datanya ada di Belanda. Walaupun belakangan sudah diserahkan kembali ke Pemerintah Republik Indonesia.
Dalam kegiatan ini, Syafranuddin juga turut menyerahkan naskah kuno dalam bentuk skrip video ke Pemkab Kukar. Syafaruddin menjelaskan, naskah kuno merupakan bukti sejarah yang memerlukan perhatian khusus. Apalagi di kaltim sendiri terdapat banyak naskah kuno yang perlu untuk dilestarikan. Salah satu contohnya adalah batu yupa di Kecamatan Muara Kaman dan lukisan-lukisan yang terdapat di dinding goa di Sangkulirang.
“Itu kan sebuah karikatur manuskrip yang dipublis dengan baik. Masyarakat kita harus tau, jangan sampai nanti generasi yang akan datang tidak tau sejarahnya,” ujarnya
Sementara itu, Sekertaris Kabupaten (Sekkab) Kukar, Sunggono, yang turut menghadiri kegiatan ini mengucapkan terimakasih. Atas ditunjuknya Kukar sebagai tuan rumah dari kegiatan yang juga melibatkan beberapa daerah lain ini.
“Harapannya nanti mudah-mudahan melalui kegiatan ini, akan muncul hal-hal baru yang berkaitan dengan skrip ataupun budaya kuno, yang belum digali dan belum diketahui selama ini,” tutup Sunggono. (tabs)