Tenggarong – Miliki potensi pertanian terluas di Kukar, Desa Bukit Pariaman berkeinginan kembangkan hasil pertanian padi. Tidak main-main, bahkan desa yang terletak di Kecamatan Tenggarong Seberang ini, memiliki lahan pertanian seluas 800 hektare.
Namun Kepala Desa (Kades) Bukit Pariaman, Sugeng Riyadi, mengaku sektor pertanian di desa yang dipimpinnya hingga kini masih cukup kesulitan untuk memasarkan produk pertanian di desanya. Ia mengatakan untuk pemasaran padi, sementara ini masyarakat masih tergantung kepada tengkulak. Permasalahan yang timbul karena semua harga diatur oleh tengkulak, sehingga hal ini yang menjadi kendala bagi petani.
Pada saat panen harga padi biasanya menurun, baru nanti ketika tidak panen harganya melonjak naik. Sehingga hal ini menjadi dilema bagi para petani. Sedangkan modal dari petani serba mahal, seperti harga obat-obatan, pupuk, semua tenaga kerja diupahkan. Awal buka lahan butuh biaya, penyemaian butuh bibit, penanaman sampai panen butuh uang.
“Adapun langkah dari kita yaitu mencoba pengembangan maupun memasarkan produk pertanian lewat BUMDes. Namun untuk menampung seluruh hasil panen petani di Desa Bukit Pariaman, keuangan BUMDes belum mencukupi. Karena keuangannya atau penyertaan modalnya hanya kisaran Rp 250 juta untuk penyertaan modal BUMDes,” ungkap Sugeng Riyadi.
Tentu itu tidak cukup untuk menyerap seluruh hasil panen dari Desa Bukit Pariaman. Oleh karena itu, dimulai dengan usaha sekala kecil dulu untuk menampung produksi petani di Desa Bukit Pariaman.
Namun agar bisa berjalan lebih optimal, Sugeng merasa perlu ada keterlibatan pihak ketiga. Selain tengkulak yang selama ini sering menampung hasil panen petani, seperti pemkab atau pihak swasta. “Kami berharap ada kerjasama dengan pihak ketiga seperti pemkab untuk memberikan solusi alternatif itu.” tandasnya. (adv/tabs)